Minggu, 30 Agustus 2015

Pavel Nedved : Tidak Bisa Hidup Tanpa Juve

Pavel Nedved. Bagaimana memulai kisah tentang pemain ini? Perasaan kagum, bangga, takjub semua bercampur menjadi satu saat mengumpulkan data fakta tentang Legenda satu ini. Terlalu banyak kisah legendaries dari sosok Nedved yang mampu membangkitkan semangat & mengajari kita semua tentang arti sebenarnya dari Juventus. Kita mulai saja dengan meneriakkan cori yang selalu diteriakkan di Curva sud, “Pavel Pavel Nedved Nedved!”

“Saya berangkat ke sekolah sepakbola yang jaraknya 60 mil (96 km) dari rumah. Berlatih 12 jam sehari menggunakan kedua kaki hingga Saya tidak tahu lagi kaki mana yang lebih kuat. Di Sparta Praha usai pertandingan Saya akan kembali ke lapangan untuk berlatih hingga lampu dipadamkan” Pavel Nedved




Pavel lahir di Cheb sebuah kota kecil di dekat ibukota Praha. Kedua orang tua Nedved Vaclav and Ana selalu menginginkan agar anaknya ini menjadi seorang akuntan. Namun takdir berkehendak lain. Sejak kecil Nedved sudah menunjukkan kecintaan yang luar biasa terhadap sepakbola. Melihat bakat & minat Nedved yang besar inilah Vaclav & Ana akhirnya memutuskan untuk memasukkan anak mereka dalam sebuah tim lokal (youth) bernama TJ Skalna. Saat itu usia Nedved masih 5 tahun. Di tim lokal ini Nedved bertahan selama 8 tahun untuk kemudian pindah ke Rudá Hvězda Cheb. Semusim di klub ini, Nedved kemudian pindah lagi ke Skoda Plzen, di tim inilah Nedved bertemu dengan Josef Žaloudek yang dikenal sebagai pelatih junior terbaik di seluruh Republik Ceko. Josef saat itu langsung menyadari potensi besar Nedved yang sejak masih remaja terkenal dengan kondisi fisik yang prima serta tendangannya yang sangat keras. Josef memberikan perhatian khusus kepada perkembangan Nedved, di liburan musim panas misalnya secara khusus Josef mengajak Nedved tinggal di apartemennya dan melatihnya secara pribadi. Josef kemudian dikenal sebagai ayah kedua bagi Nedved. Yang menarik adalah, Josef meniggal akibat serangan jantung tepat pada tahun dimana Nedved menerima penghargaan individu tertinggi dalam karirnya, 2003.
“Josef Zaloudek adalah sosok yang sangat berarti dalam hidup saya. Ia tidak hanya mengajadi tentang bagaimana menjadi seorang pe-sepakbola, tapi juga tentang menjalani sebuah kehidupan.” Pavel Nedved
5 tahun di Skoda Plazen, Nedved mendekat ke ibukota praha dan bergabung dengan tim  Dukla Prague (musim 91/92). Di tim inilah Nedved memulai karir profesionalnya pada usia 19 tahun dan untuk pertama kalinya menggunakan jasa seorang agen / manager. Agen pertama Nedved tidak lain adalah Zdeňkem Nehodou seorang mantan pemain hebat & juara eropa pada tahun 1976. Nehodou lah yang kemudian banyak mengajarkan tentang empati yang dibutuhkan untuk menjadi seorang juara. Selama satu musim di Dukla Prague, Nedved bermain sebanyak 19 pertandingan dan menyumbangkan 3 gol. Melihat kepiawaian Nedved, Tim terbesar di Ceko yaitu Sparta Prague pun merekrut Nedved di musim 92-93. Selama 4 musim di Sparta Nedved bermain sebanyak 117 pertandingan dan mencetak 28 gol serta memenangkan beberapa gelar seperti 3 kali Juara Liga Ceko dari musim 92-93 sampai 94-95 (3 musim berturut-turut) serta satu Piala Liga (96).
Sukses di level tim kemudian membuka peluang Pavel untuk berlaga di ajang internasional, EURO 1996 di Inggris. Selain sukses mengantarkan Rep. Ceko lolos ke putaran final, secara mengejutkan penampilan cemerlang Nedved berhasil mengantarkan Ceko menjadi runner up setelah dikalahkan Jerman di partai final. Dalam kompetisi ini Nedved juga mencetak satu gol ke gawang Italia yang dalam turnamen ini harus tersingkir di babak penyisihan group. Prestasi Nedved di ajang inilah yang membuat namanya laris diburu tim-tim besar eropa lainnya. Adalah PSV Eindoven & Lazio yang saat itu serius mendatangkan Nedved. Perburuan akhirnya dimenangkan oleh Lazio yang saat itu dilatih oleh Zdenek Zeman yang kebetulan juga berasal dari Rep. Ceko. Nedved resmi pindah berlaga di Serie A dengan nilai transfer €4.5jt.




“Ayah mengajarkan bahwa sepakbola yang sempurna sebagian dimainkan di hati & sebagian lagi di otak. Saya harus berlatih dengan keras tapi harus lebih keras lagi saat bertanding. Tahu kapan harus bermain sebagai tim dan kapan mengandalkan kemampuan individu. Tapi yang paling penting adalah kita harus memiliki Integritas” Pavel Nedved
Masa-masa awal kehidupan Nedved di Italia tidaklah mudah. Selain harus berusaha menguasai bahasa Italia, Sang Istri Ivana juga sedang hamil saat itu. Ditambah lagi dengan tuntutan untuk selalu bekerja keras yang disematkan kepada Nedved baik di sesi latihan maupun saat pertandingan untuk dapat bersaing dengan rekan-rekan satu tim nya di Lazio. Beruntung Pavel tidak butuh waktu terlalu lama untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan barunya ini.
Di musim perdananya Nedved bermain di 38 pertandingan dan menyumbangkan total 10 gol serta membawa Lazio finish di posisi ke 4 klasemen akhir. Total selama 5 musim di Lazio Pavel menyumbangkan 1 gelar scudetto, 2 coppa Italia, 2 super copa italia, 1 Piala Winners (Europa League) & 1 UEFA super cup. Selama di Lazio, Nedved pernah ditangani pelatih-pelatih hebat seperti Dino Zoff & Sven Goran Eriksson.
Pada kompetisi EURO 2000 meski melalui babak kualifikasi dengan sangat baik, Rep. Ceko gagal mengulang prestasi 4 tahun lalu di Inggris. Kali ini Nedved dkk gagal melewati Belanda & Perancis di babak penyisihan group. Namun perlu dicatat, seusai ajang ini Nedved dipercaya menjadi Kapten Tim Nasional Rep. Ceko pada usia 28 tahun.
Sesuai dengan karakteristik Nedved sebagai pemain yang berambisi untuk meraih prestasi tertinggi, semua gelar yang berhasil diraihnya selama di Lazio ternyata belum cukup. Pada musim panas 2001, Nedved jadi rebutan tim-tim besar di Eropa. Sebut saja Manchester United, Real Madrid, Arsenal, Barcelona, Inter Milan, Chelsea & yang paling serius Juventus. Menanggapi hal ini, Pemilik Lazio saat itu Sergio Cragnotti mengatakan “Kami memiliki 3 permata dalam diri Nesta, Veron & Nedved. Ketiganya tidak dijual”. Namun masalah financial yang melanda Lazio membuat Cragnotti harus putar otak dan menemukan strategi yang menarik. Saat itu juga Lazio langsung memperpanjang kontrak Nedved hingga 2006 dan mengatakan bahwa Nedved & keluarganya bahagia tinggal di Roma dan ingin mengakhiri karir di Lazio.




Strategi ini ternyata tidak membuat Juventus mundur. Luciano Moggi sadar bahwa Cragnotti sedang dililit masalah finansial dan butuh dana segar. Selain itu selama negosiasi itu dua kali Marcelo Lippi menemui Nedved dengan jet pribadi untuk menjanjikan posisi kunci di tim asuhannya. Nedved juga diyakinkan bahwa didunia ini tidak ada lagi tim yang menawarkan ketenaran, tradisi & ambisi seperti yang dimiliki Juventus dan keluarga Agnelli. Hingga akhirnya Juventus memberikan penawaran sebesar €41jt (rekor nilai transfer terbesar bagi seorang pemain asal Ceko) untuk mendatangkan Nedved. Sebuah penawaran yang sulit ditolak oleh Lazio maupun Nedved secara pribadi.
Singkat kata, Pavel pun berlabuh ke kota Turin untuk membela salah satu tim terbesar di dunia, Juventus. Saat itu Nedved sudah menginjak usia 29 tahun, usia yang bisa dikatakan senja untuk seorang pemain tengah. Beberapa kalangan menilai direksi Juve terlalu berani mengeluarkan uang dalam jumlah sebesar itu untuk seorang pemain yang sebentar lagi menginjak kepada tiga. Apalagi Nedved didatangkan sebagai pengganti Zinedine Zidane, legenda lainnya yang pada musim yang sama ditransfer ke Real Madrid dengan nilai transfer €75jt. Bersamaan dengan Nedved, Luciano Moggi juga mendatangkan nama-nama besar seperti Buffon & Thuram yang menunjukkan keseriusan manajemen untuk berbenah & segera memenangkan sesuatu.
“Anda bisa hidup tanpa sepak bola, tapi tidak tanpa Juventus!” Pavel Nedved

2009, Menit 38’ babak kedua pertandingan antara Juventus melawan Lazio, tuan rumah masih unggul 2-0 atas tim tamu. Dari pinggir lapangan 4th Official mengangkat papan tanda pergantian pemain dari kubu Juventus. Pemain nomor 11 ditarik keluar digantikan oleh nomor 30. Seluruh stadion pun bergemuruh. Curva sud yang dihuni pendukung ultras dan terkenal garang pun beberapa sampai meneteskan air mata. Bagaimana tidak, hari itu seluruh tifosi Juventus di seantero jagat mengucapkan salam perpisahan dengan Pavel Nedved. Seorang pemain yang dicintai, dihormati & dibanggakan jutaan Juventini di seluruh dunia





Sebuah banner bertuliskan “Noi tutti ti dobbiamo qualcosa in piu di un grazie” yang artinya “Kami semua berhutang lebih dari sekedar ucapan terima kasih” atau we all owe you something more than a thank you” adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kekaguman Tifosi / kita semua terhadap Sang Legenda.
Laga terakhir Nedved pun terasa sangat special karena lawan yang dihadapinya adalah Lazio, tim yang membawanya ke Italia. Selain memakai ban kapten dalam pertandingan tersebut, Nedved juga seperti biasa) bermain bagus dan berkali-kali mengancam gawang Lazio. Pavel juga menyumbangkan satu assist kepada Iaquinta dalam laga tersebut. Saat Nedved ditarik keluar, Ia mendapat standing ovation dari semua penonton yang hadari di stadion & dipeluk rekan-rekan satu timnya. Usai pertandingan Nedved diberi kesempatan untuk melakukan lap of honour di stadion Olympico Turin. Sebuah moment yang sulit hanya digambarkan dengan kata-kata namun menunjukkan bagaimana Nedved begitu berarti bagi warga Juventus.
Usai pensiun Nedved pernah mengucapkan sebuah kalimat yang sangat terkenal, “Si può vivere senza calcio, ma non senza Juve” yang artinya “Anda bisa hidup tanpa sepak bola, tapi tidak tanpa Juventus”. Apa yang membuat Nedved begitu special bagi Juventus dan demikian pula sebaliknya?. Mari kita ikuti perjalanan Nedved selama 8 musim membela La Vecchia Signora.





Sebelum bergabung dengan Juventus, tidak sedikit kalangan yang menganggap Nedved hanya sebagai gelandang serang yang bagus, belum world class. Petualangannya Juventus lah yang akhirnya membuka mata dunia bahwa Nedved bukan hanya seorang pemain dengan kualitas nomor satu namun juga memiliki kepribadian baik di dalam maupun diluar lapangan, dihormati kawan maupun lawan.
Didatangkan pada musim panas 2001 untuk menggantikan Zidane, peran Nedved tidaklah mudah. Musim itu adalah musim ke tiga sejak 1998 Juventus tanpa gelar, hingga ambisi manajemen begitu tinggi. Pelatih Marcello Lippi dipanggil kembali menggantikan Carlo Ancellotti. Beberapa pemain bintang seperti Buffon, Thuram & Salas ikut didatangkan. Permasalahannya adalah saat itu Juventus memasuki masa peralihan dari mengandalkan seorang Trequartista (Zidane, 1996 – 2001) menjadi 4-4-2 yang lebih banyak mengandalkan permainan sayap. Semua pemain harus beradaptasi, termasuk Nedved dengan lingkungan barunya.
Tercatat Nedved butuh waktu kurang lebih 3 bulan, hingga pada giornata ke 13 untuk mencetak gol pertamanya bagi Juventus. Penampilan anak asuh Lippi sendiri di putaran awal tidak terlalu menggembirakan. Dari 17 pertandingan Juve meraih hanya 8 W, 7 D & 2 L. Baru diputaran kedua tim mulai padu dan permainan Nedved mulai membaik. Didukung dengan penampilan impresif Del Piero & Trezeguet, musim ini Juventus berhasil memenangkan scudetto dengan hanya unggul 1 point atas AS Roma (71 pts vs 70 pts). Kemenangan yang sampai sekarang dikenal dengan sebutan “5 Maggio” untuk mengolok-olok inter Milan. Di musim perdananya ini Nedved berhasil menyumbangkan 4 gol dalam 43 pertandingan di semua ajang. Selain mempersembahkan Scudetto, Nedved hampir memenangkan Copa Italia jika saja tidak kalah gol tandang dari Parma (agg 2-2) di partai final. Di Liga Champions sendiri penampilan Juventus masih jauh dari harapan, setelah tersingkir di babak second group stage.
Musim kedua Nedved di Juventus (02/03) adalah dimulainya catatan sejarah Nedved dengan Juventus. Musim ini Pavel bermain luar biasa. Berkat kreatifitas & kerja keras dari lini tengah Nedved berhasil mempersembahkan Scudetto kedua beruntun (27 bagi Juve) setelah finish di posisi pertama dengan 72 point, unggul 7 point atas inter milan di posisi kedua. Tidak hanya itu, Nedved juga membawa Juve berlaga di laga final Liga Champions setelah melewati Manchester Uniter, Barcelona & Real Madrid di semi final.





3 hari berselang setelah Nedved merayakan scudetto ke 27 Juve. Pertandingan leg kedua semi final menghadapi Real Madrid di kandang adalah pertandingan yang tidak akan pernah dilupakan Nedved. Sepanjang pertandingan Nedved bermain bagus, bahkan di menit ke 73’ Nedved mencetak gol melalui tendangan voly nan indah setelah sebelumnya berlari melewati Hierro & Salgado. Gol ini membawa Juventus unggul 3-1 dan Nedved melakukan selebrasi dengan berlutut di depan curva sud. Malam itu rasanya Juve sudah menjadi juara Liga Champions. Namun nasib berkehendak lain. Nedved kemudian harus menerima kartu kuning di menit ke 82’ setelah melanggar McManaman. Sebuah pelanggaran yang tidak perlu & harus dibayar mahal. Akibat kartu kuning ini Nedved terkena akumulasi kartu & tidak dapat tampil di Final menghadapi AC Milan. Usai pertandingan, Pavel sampai menangis tersedu-sedu dibahu Marco Di Vaio. Bermain tanpa bintang andalannya musim itu, Juventus harus rela menjadi runner up setelah kalah adu penalty atas AC Milan di Old Trafford. Nedved hanya bisa duduk terpaku melewati salah malam terburuk dalam hidupnya menyaksikan rival mereka merayakan gelar juara eropa. Banyak pihak yang meyakini, hasil pertandingan tersebut akan berbeda seandainya Nedved bermain malam itu.





Meski gagal memenangkan gelar Liga Champions, penampilan apik-nya musim itu dengan mencetak 14 gol dari total 45 pertandingan berhasil membuatnya dinobatkan sebagai peraih Ballon D’or pada desember 2003. Penghargaan tertinggi bagi seorang pesepakbola di benua biru. Nedved menjadi orang kedua asal Ceko yang pernah meraih penghargaan ini. Saat menerima penghargaan ini, dengan rendah hati Pavel berkata :
“Saya tidak pernah tertarik dengan penghargaan individu. Saat masih muda, ada banyak pemain yang skillnya lebih bagus dari Saya. Saya harus bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan agar berada satu level dengan mereka. Cara bermain Saya sangat sederhana, rahasianya hanya bekerja dan terus bekerja.” Pavel Nedved
Salah satu kunci kebangkitan Nedved di musim keduanya ini adalah Marcello Lippi yang mengubah peran Nedved dari pemain sayap menjadi diamond midfielder. Posisi yang mirip trequartista ini memberi kebebasan kepada Nedved untuk bertahan dan menyerang.  Bersama dengan kedua penyerang di depan Nedved, Del Piero & Trezeguet menjadi trident yang menakutkan bagi setiap barisan pertahanan lawan. Saat berada di lini tengah, Nedved sulit dilewati pemain lawan berkat permainannya yang penuh energy & pantang menyerah. Musim 02/03 besarnya kontribusi Nedved dapat terlihat dari goal ratio Del Piero yang mencetak 1 gol setiap 117 menit dan Trezeguet yang mencetak 1 gol setiap 121 menit. Hingga akhir karirinya Nedved dikenal dengan kreatifitas, visi, energetic off-the-ball running dan tendangan jarak jauh mematikan dari luar kotak penalty. Pergerakannya di dalam kotak penalty juga sulit ditebak pemain bertahan, belum lagi kekuatan & balance Nedved membuatnya jarang kehilangan bola. Energi Nedved seperti Vidal, gaya berlari mirip Lichtsteiner & tendangan Nedved mirip sebuah meriam, The Chezh Canon.
Dimulai sejak selebrasi gol di depan Curva Sud sambil berlutut dan membuka kedua tangan, Nedved sudah mendapat tempat special di hati setiap Juventini. Di tahun 2006, skandal konspirasi Calciopoli yang mendegradasikan Juve ke serie B (baca : konspirasi) justru menaikkan status Nedved bersama beberapa pemain penting lain seperti Del Piero, Trezeguet, Buffon & Camoranesi menjadi lebih dari sekedar legenda. Zidane memang salah satu legenda bagi Juventus, tapi Zidane tidak ikut teruji untuk tetap setia saat tim yang dibelanya sedang terpuruk. Pemain-pemain bintang yang memilih bertahan membela Juve di serie B selalu mendapat tempat khusus di hati kami, dibandingkan legenda-legenda yang lain. Saat itu Nedved menjadi pemain kedua yang mendeklarasikan kesetiaanya kepada Juventus, yang pertama tentu adalah Del Piero.
“Saya akan bermain untuk Juventus, baik itu di Serie A maupun di Serie C” Pavel Nedved, 2006
Kesetiaan ini terbukti. Meski sudah menginjak usia 34 tahun Nedved mendapatkan banyak tawaran dari tim EPL, Liga Perancis, tim-tim asal timur tengah. Namun Nedved memilih untuk tetap bermain bagi La Vecchia Signora.
“Saya akan mengakhiri karir di Juventus. Ini adalah pilihan hidup, saya & keluarga sangat menikmati hidup di Turin. Saya merasa banyak berhutang kepada tim dan khususnya kepada keluarga Agnelli. Tidak ada bedanya Serie A & Serie B. Asalkan kita menyikapinya dengan benar, bermain di manapun tetap sepak bola. Target Saya sekarang adalah membawa Juve kembali ke Serie A se-segera mungkin. Karena disanalah Juve seharusnya berada.” Nedved, 2006






Meski ditinggal beberapa rekannya seperti Zlatan Ibrahimovic, Fabio Cannavaro, Zambrotta, Lilian Thuram, Adrian Mutu, Patrick Viera serta coach Fabio Capello, Juventus tampil luar biasa musim itu di Serie B. Meski terkena penalty 9 point Juve mampu finish di posisi pertama dengan 85 point hasil 28 W, 10 D & 4 L dan langsung promosi ke Serie A musim berikutnya bersama Napoli & Genoa. Nedved sendiri bermain di 36 pertandingan luar biasa dan menyumbangkan 12 gol musim itu.
Setelah menunaikan misi nya mengembalikan Juventus ke Serie A, Nedved sempat berpikir untuk pensiun. Niat ini kemudian diurungkan karena Pavel kini punya misi lebih besar, yaitu membawa Juve berlaga di Liga Champions. Musim 2007/2008 dibawah asuhan Ranieri, Nedved membawa Juve finish di posisi ketiga yang artinya Juve akan berlaga di Liga Champions. Namun lagi-lagi kecintaannya terhadap tim terus berlanjut, Pavel justru memperpanjang kontraknya setahun lagi bersama Juve.
Hari yang ditakutkan itu akhirnya tiba. Februari 2009 Nedved mengumumkan bahwa di akhir musim Ia akan gantung sepatu. Memang usia Nedved sudah 37 tahun, namun sama sekali tidak terlihat penurunan kualitas permainan layaknya pemain-pemain lain yang sudah uzur. Kecepatan, stamina & skill Nedved tetap prima hingga akhir karirnya.
“Hari ini Saya berhenti berlari dan ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga. Ini adalah hari yang sulit tapi juga indah karena Saya mendapat perhatian dari begitu banyak orang.” Nedved
Beberapa tahun setelah Nedved pensiun, terungkap sebuah cerita menarik yang menghubungkan Pavel dengan Mourinho. Ternyata menjelang akhir musim 08/09 Nedved pernah diajak oleh Mourinho untuk bergabung dengan inter milan. Hahaha in your dream jose!
“Saya sempat terkejut mendengar suaranya (Mourinho). Awalnya Ia memuji permainan Saya lalu mengatakan bahwa mereka butuh Saya untuk memenangkan Liga Champions. Ajakan ini langsung Saya tolak saat itu juga karena hati ini tidak akan pernah mengijinkan untuk bermain bagi inter. Saya sangat ingin memenangkan Liga Champions, tapi hanya dengan seragam hitam putih ini” Nedved





Setelah tidak bermain, Nedved lebih banyak menghabiskan waktunya dengan keluarga. Bisa dikatakan Pavel adalah seorang yang romantis. Ia menamai kedua anaknya Pavel & Ivana, sama dengan nama-nya dengan sang istri.
“Saya menamai kedua anak Saya Pavel & Ivanna, agar setelah Saya & Istri meninggal di dunia ini tetap ada sepasang Pavel & Ivanna yang saling mencintai” Nedved
Teman lama Nedved, Andrea Agnelli tidak membiarkan sahabatnya jauh-jauh dari Juve terlalu lama. Pada bulan Oktober 2010 Andrea berhasil mengajak Nedved kembali ke Juve dan duduk dalam jajaran dewan direksi (Board of Directors).
“Saya tidak rindu dengan sepakbola karena saat bermain sudah memberikan segalanya. Namun, ajakan dari President sungguh tak dapat ditolak” Nedved
Pertama kali Nedved bertemu dengan Andrea Agnelli adalah saat Andrea mengunjungi team bersama Sang Ayah, Umberto Agnelli. Saat itu Andrea berbicara dalam bahasa inggris kepada Nedved karena lupa bahwa Pavel sudah 5 tahun hidup di Italia dan mahir berbahasa italia. Pavel yang tidak mengerti bahasa inggris tidak mengerti apa yang diucapkan Andrea saat itu. Keduanya pun lantas tertawa dan persahabatan itu pun terjalin sampai sekarang.






“Saya tidak pernah melihat gelar yang sudah Saya raih, Saya lebih suka melihat ke depan” Nedved
Bersama Nedved sebagai pemain Juventus memenangkan 4 scudetto, 1 juara Serie-B & 2 kali Piala Super Coppa Italia. Sebagai Dewan Direktur, Juventus akan memenangkan lebih banyak lagi gelar layaknya sebuah tradisi.

Perjalanan Legenda asal Ceko di Juve masih panjang. 2 artikel dalam seri 50 Legenda ini tidak cukup untuk menceritakan kebesaran Pavel. Jadi untuk memperkaya tulisan ini, Anda dapat menambahkan apa saja, baik itu kesan ataupun kisah-kisah lain tentang Nedved pada bagian comment.

semoga catatan ini bermanfaat untuk teman-teman. terima kasih (Bianconeri)sumber :

http://signora1897.com/2012/01/50-legends-pavel-nedved-tidak-bisa-hidup-tanpa-juve-part-1/

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search